RIFAMPISIN
1.
Nama Generik
Rifampisin
2.
Nama Kimia
Rifampin
3.
Tentang Rifampisin

Gambar 1.
Rifampisin
Rifampisin adalah turunan semisintetik dari
Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei. Rifampisin adalah obat
anti tuberkulosa dengan nama kimia menurut aturan IUPAC : 2,7-(Epoxypentadeca
[1, 11, 13] trienimino0)-naptho [2, 1-b] furan-1, 11 (2H)-DIONE, 5,6,9,17,19,21
– hexahydroxy-23-methoxy-2, 4, 12, 16, 18, 20, 22-heptamethyl-8 [N-(4-methyl-1-piperazinyl)
formimidoyl]-21-acetate. Bobot molekul 822,95 dengan rumus molekul C43H58N4O12.

Gambar 2.
Rumus bangun Rifampisin
4.
Sifat Fisika Kimia Rifampisin
Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan
sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Rifampisin larut
dalam kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran. Dalam
perdagangan, Rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril untuk injeksi
mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang
ditambahkan untuk mengatur pH. Dalam perdagangan terdapat juga sediaan oral
rifampin yang tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap
dengan isoniazid dan pirazinamid.
Larutan Rifampisin dalam 1 %, mempunyai pH tidak
kutang dari4,0 dan tidak lebih dari 8,0. Jarak lebur Rifampisin 183-188
, susut pengeringan tidak lebih dari 2 %,
dimana pengeringan dilakukan dalam kondisi hampa udara di atas fosforpentoksida
selama 4 jam.
Keasaman Rifampisin ditunjukkan oleh gugus hidroksi pada C1,
C4 dan C8 (pKa : 1,7) sedangkan kebasaan dihubungkan
dengan keberadaan gugus piperazin (pKa : 7,9). Jadi, Rifampisin adalah suatu zwitter ion dalam larutan agak asam.
5.
Sub Kelas Terapi
Anti infeksi
6.
Farmakoterapi Obat
Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai bakteri
gram positif dan gram negatif. Terhadap bakteri gram positif, efeknya kurang
kuat dibandingkan penisilin G, tetatpi lebih sedikit melebihi eritromisin,
linkomisin dan sefalotin. Sementara terhadap bakteri gram negatif mempunyai
efek lebih lemah dibandingkan dengan tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin dan
kolistin.
Rifampisin aktif terhadap sel yang bertumbuh.
Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikobakteria dan
mikroorganisme lain. Rifampisin jarang menimbulkan efek nonterapi, namun pada
penderita penyakit hati kronik, alkoholisme, dan usia lanjut insidensi ikterus
bertambah. Rifampisin tampaknya meningkatkan hepatotoksisitas INH terutama pada
asetilator lambat.
Efek sampingnya yang terpenting tetapi tidak sering
terjadi adalah penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasikan dengan
INH yang juga agak toksis bagi hati. Pada penggunaan lama, dianjurkan untuk
memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak sering juga menyebabkan
gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan
diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi
7.
Farmakokinetik Obat
Reabsorpsinya di
usus sangat tinggi, distribusi ke jaringan dan cairan tubuh juga baik. Plasma-t ½ nya berkisar antara 1,5
sampai 5 jam. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan melalui ginjal
berlangsung secara fakultatif.
8.
Farmakodinamik
Obat
a.
Durasi : < 24
jam
b.
Absorbsi
1.
Oral :
diabsorpsi dengan baik, konsumsi makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi
(delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak absorbsi
2.
Distribusi :
sangat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan
baik
3.
Difusi relatif
dari darah ke dalam cairan serebrospinal, adekuat dengan atau tanpa inflamasi, CSF
: inflamasi meninges : 25%
c.
Metabolisme
1.
Hepatik, melalui
resirkulasi enterohepatik, Ikatan protein : 80%
2.
Eliminasi : 3-4
jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar, gagal ginjal terminal :
1,8-11 jam.
3.
Waktu untuk
mencapai kadar puncak, serum
Oral : 2-4 jam
d.
Ekskresi : Feses
(60% - 65%) dan urin (
30%) sebagai obat yang tidak berubah
9.
Stabilitas Penyimpanan
Serbuk Rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial
yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas
yang berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI, untuk injeksi
larutkan dalam sejumlah volume yang tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh
: 100 ml D5W). Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu
kamar. Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25oC) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk
pelarut NS
10.
Indikasi
a.
Tuberkulosis
(TBC)
b.
Leprosy
c.
Legionnaire's
disease
d.
Brucellosis
e.
Infeksi
stafilokokus
11.
Kontraindikasi
a.
Hipersensitif
terhadap golongan obat ini
b.
Penyakit kuning
(jaundice)
c.
Severe
hepatic disease
12.
Dosis
Dapat diberikan melalui mulut (per oral) atau infus
IV
1.
Tuberkulosis
(TBC)
a. Dewasa
10 mg/kg sehari atau 2-3 kali seminggu, Max : 600
mg/hari
b. Anak
10-20 mg/kg sehari atau 2-3 kali seminggu, Max : 600
mg/hari
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan
pengurangan dosis
2.
Leprosy
a. Dewasa
600 mg sekali sebulan
b. Anak 10-14 tahun
450 mg sekali sebulan
c. Anak <10 tahun
300 mg sekali sebulan
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan
pengurangan dosis
3.
Legionnaire's
disease
a. Dewasa
600-1200 mg sehari, dalam dosis terbagi.
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan
pengurangan dosis
4.
Brucellosis
a.
Dewasa
600-1200 mg sehari,
dalam dosis terbagi
Pada pasien dengan
kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
5.
Infeksi stafilokokus
a.
Dewasa
600-1200 mg sehari, dalam dosis terbagi
600-1200 mg sehari, dalam dosis terbagi
Pada pasien dengan
kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
13.
Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual,
muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotik ini)
sakit kepala, drowsiness. Gejala berikut terjadi terutama pada terapi
intermitten termasuk gelala, mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness,
nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock,
anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura, gangguan
fungsi liver, jaundice (penyakit kuning), flushing, urtikaria dan rash. Efek
samping lainnya yang pernah dilaporkan diantaraya: edema, muscular weakness dan
myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi
pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi, urin, saliva dan
sekresi, tubuh yang lain berwarna orange-merah, tromboflebitis dilaporkan pada
penggunaan via infus pada periode yang
lama.
14.
Peringatan dan Perhatian
a.
Pemberian pada penderita gangguan fungsi hati hanya jika diperlukan.
b.
Pada pengobatan jangka panjang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi
hati dan hitung jenis darah secara periodik
c.
Apabila ada tanda-tanda komplikasi serius, seperti gagal ginjal, anemia
hemolitik, thrombositopenia atau kelainan fungsi hati maka pengobatan harus
dihentikan.
d.
Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum jelas diketahui.
e.
Rifampicin menyebabkan warna urin, feses, air mata, air ludah, keringat
menjadi kemerah-merahan terutama pada permulaan pengobatan, sehingga perlu
diberitahukan sebelumnya kepada pasien.
f.
Rifampicin juga dapat menyebabkan pewarnaan yang menetap pada lensa kontak
yang lunak.