September 06, 2014

Tentang Rifampisin



RIFAMPISIN

1.        Nama Generik
Rifampisin
2.        Nama Kimia
Rifampin
3.        Tentang Rifampisin
Rifampicin.jpg

Gambar 1. Rifampisin

Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei. Rifampisin adalah obat anti tuberkulosa dengan nama kimia menurut aturan IUPAC : 2,7-(Epoxypentadeca [1, 11, 13] trienimino0)-naptho [2, 1-b] furan-1, 11 (2H)-DIONE, 5,6,9,17,19,21 – hexahydroxy-23-methoxy-2, 4, 12, 16, 18, 20, 22-heptamethyl-8 [N-(4-methyl-1-piperazinyl) formimidoyl]-21-acetate. Bobot molekul 822,95 dengan rumus molekul C43H58N4O12.

rifampisin.jpg

Gambar 2. Rumus bangun Rifampisin
4.        Sifat Fisika Kimia Rifampisin
Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Rifampisin larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran. Dalam perdagangan, Rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang ditambahkan untuk mengatur pH. Dalam perdagangan terdapat juga sediaan oral rifampin yang tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid dan pirazinamid.
Larutan Rifampisin dalam 1 %, mempunyai pH tidak kutang dari4,0 dan tidak lebih dari 8,0. Jarak lebur Rifampisin 183-188 , susut pengeringan tidak lebih dari 2 %, dimana pengeringan dilakukan dalam kondisi hampa udara di atas fosforpentoksida selama 4 jam.
Keasaman Rifampisin ditunjukkan oleh gugus hidroksi pada C1, C4 dan C8 (pKa : 1,7) sedangkan kebasaan dihubungkan dengan keberadaan gugus piperazin (pKa : 7,9). Jadi, Rifampisin adalah suatu zwitter ion dalam larutan agak asam.
5.        Sub Kelas Terapi
Anti infeksi
6.        Farmakoterapi Obat
Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai bakteri gram positif dan gram negatif. Terhadap bakteri gram positif, efeknya kurang kuat dibandingkan penisilin G, tetatpi lebih sedikit melebihi eritromisin, linkomisin dan sefalotin. Sementara terhadap bakteri gram negatif mempunyai efek lebih lemah dibandingkan dengan tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin dan kolistin.
Rifampisin aktif terhadap sel yang bertumbuh. Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain. Rifampisin jarang menimbulkan efek nonterapi, namun pada penderita penyakit hati kronik, alkoholisme, dan usia lanjut insidensi ikterus bertambah. Rifampisin tampaknya meningkatkan hepatotoksisitas INH terutama pada asetilator lambat.
Efek sampingnya yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasikan dengan INH yang juga agak toksis bagi hati. Pada penggunaan lama, dianjurkan untuk memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak sering juga menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi
7.        Farmakokinetik Obat
Reabsorpsinya di usus sangat tinggi, distribusi ke jaringan dan cairan tubuh juga baik. Plasma-t ½ nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan melalui ginjal berlangsung secara fakultatif.
8.        Farmakodinamik Obat
a.         Durasi : < 24 jam
b.         Absorbsi
1.        Oral : diabsorpsi dengan baik, konsumsi makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak absorbsi
2.        Distribusi : sangat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik
3.        Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal, adekuat dengan atau tanpa inflamasi, CSF : inflamasi meninges : 25%
c.         Metabolisme
1.        Hepatik, melalui resirkulasi enterohepatik, Ikatan protein : 80%
2.        Eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar, gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.
3.        Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum
Oral : 2-4 jam
d.        Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin ( 30%) sebagai obat yang tidak berubah
9.        Stabilitas Penyimpanan
Serbuk Rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yang berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI, untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yang tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W). Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar. Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25oC) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS
10.    Indikasi
a.         Tuberkulosis (TBC)
b.         Leprosy
c.         Legionnaire's disease
d.        Brucellosis
e.         Infeksi stafilokokus
11.    Kontraindikasi
a.         Hipersensitif terhadap golongan obat ini
b.         Penyakit kuning (jaundice)
c.         Severe hepatic disease
12.    Dosis
Dapat diberikan melalui mulut (per oral) atau infus IV
1.         Tuberkulosis (TBC)
a.    Dewasa
10 mg/kg sehari atau 2-3 kali seminggu, Max : 600 mg/hari
b.    Anak
10-20 mg/kg sehari atau 2-3 kali seminggu, Max : 600 mg/hari
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
2.         Leprosy
a.    Dewasa
600 mg sekali sebulan
b.    Anak 10-14 tahun
450 mg sekali sebulan
c.    Anak <10 tahun
300 mg sekali sebulan
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
3.         Legionnaire's disease
a.    Dewasa
600-1200 mg sehari, dalam dosis terbagi.
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
4.         Brucellosis
a.    Dewasa
600-1200 mg sehari, dalam dosis terbagi
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
5.         Infeksi stafilokokus
a.    Dewasa
600-1200 mg sehari, dalam dosis terbagi
Pada pasien dengan kerusakan hati diperlukan pengurangan dosis
13.    Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotik ini) sakit kepala, drowsiness. Gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala, mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura, gangguan fungsi liver, jaundice (penyakit kuning), flushing, urtikaria dan rash. Efek samping lainnya yang pernah dilaporkan diantaraya: edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi, urin, saliva dan sekresi, tubuh yang lain berwarna orange-merah, tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan via  infus pada periode yang lama.
14.    Peringatan dan Perhatian
a.         Pemberian pada penderita gangguan fungsi hati hanya jika diperlukan.
b.         Pada pengobatan jangka panjang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati dan hitung jenis darah secara periodik
c.         Apabila ada tanda-tanda komplikasi serius, seperti gagal ginjal, anemia hemolitik, thrombositopenia atau kelainan fungsi hati maka pengobatan harus dihentikan.
d.        Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum jelas diketahui.
e.         Rifampicin menyebabkan warna urin, feses, air mata, air ludah, keringat menjadi kemerah-merahan terutama pada permulaan pengobatan, sehingga perlu diberitahukan sebelumnya kepada pasien.
f.          Rifampicin juga dapat menyebabkan pewarnaan yang menetap pada lensa kontak yang lunak.