Juni 06, 2012

Penyakit Parasit


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang

Penyakit parasit adalah infeksi yang disebabkan dan ditularkan oleh parasit. Parasit sering kali menetapkan target pada organ vital dan beberapa sistem dengan mengubah fungsi tubuh yang normal. Parasit memainkan peran sebagai suatu pembawa beberapa penyakit yang paling berbahaya dan mematikan dalalm ilmu kedokteran.
            Kerusakan jaringan oleh parasit, dapat disebabkan oleh:
1)      Efek mekanik, misalnya penekanan jaringan oleh pembesaran kista, penyumbatan lumen usus
2)      Invasi dan perusakan oleh parasit
3)      Reaksi imflamasi terhadap parasit dan produknya
4)      Kompetisi mendapatkan sari makanan tuan rumah

Kerusakan jaringan dapat menimbulkan gejala lokal atau pun sistemik. Pada umumnya parasit mempunyai kemampuan untuk beradapatasi terhadap jaringan hospes, sehingga tidak menimbulkan kerusakan serta gejala klinis yang berat. Dengan demikian, siklus hidup parasit tidak akan terganggu dan parasit akan terus hidup dari generasi ke generasi. Kadang-kadang parasit menjadi patogen, karena hospes menderita mal nutrisi atau penurunan daya imunitas tubuh.
Walaupun demikian, adanya parasit ataupun produknya dalam jaringan atau aliran darah, bagi orang yang sensitif apalagi yang hipersensitif, dapat terjadi alergi bahkan suatu reaksi anafilaksis. Misalnya larva cacing yang siklusnya melalui aliran darah (Ascaris, cacing tambang, strongyloides strecoralis, dan sebagainya), pecahnya kista hydatid (larva cestoda Echinococcus granulosus), benjolan oleh Dracunculus medinensis yang pecah, nefritis oleh Plasmodium malariae, Black Water Fever oleh plasmodium falciparum dan sebagainya.
Perkembangan parasit dalam tubuh manusia dikenal adanya masa tunas biologi/masa tunas prepaten serta masa tunas klinis. Masa tunas biologi, yaitu waktu yang dibutuhkan parasit sejak parasit masuk ke dalam tubuh sampai berkembang biak dan salah satu stadium parasit yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium (dari tinja atau darah), sedangkan masa tunas klinis, yaitu waktu yang diperlukan oleh parasit sejak masuk sampai munculnya gejala awal penyakit. Biasanya masa tunas biologi lebih singkat waktunya dibandingkan dengan masa tunas klinis. Harus diingat pula bahwa parasit baru akan dilihat dan ditemukan dalam bahan pemeriksaan, jika jumlah parasit telah melewati nila ambang mikroskopik.
  
1.2.            Rumusan Masalah

Adapun permasalah yang penulis ambil dalam makalah ini adalah:
1.2.1.      Apakah yang dimaksud dengan parasit?
1.2.2.      Apa sajakah jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit?

1.3.            Manfaat

1.3.1.      Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai parasit dan penyakit yang ditimbulkannya serta meningkatkan kreativitas penulis dalam menulis sebuah makalah.

1.3.2.      Bagi Pembaca
Sebagai referensi tambahan bagi pembaca mengenai pengertian parasit dan penyakit yang disebabkan olehnya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.            Pengertian Parasit

Parasit berasal dari kata Parasitus (Latin) = Parasitos, yang artinya seseorang yang ikut makan semeja. Maksudnya adalah seseorang yang ikut makan makanan orang lain tanpa seizin pemilik makanan tersebut. Jadi parasit adalah organism yang selama atau sebagian hidupnya pada atau di dalam tubuh organism lain, dimana parasit tersebut mendapatkan makanan tanpa ada kompensasi apapun untuk hidupnya.
Fenomena hidup parasit adalah hidup bersama antara dua organism yang berbeda spesies, dimanan organism yang satu hidup pada atau di dalam tubuh organism lain untuk mendapatkan makanan tanpa ada kompensasi apapun, baik bersifat sementara ataupun permanent. Organism yang mendapat makanan disebut parasit, sedangkan organism yang kehilangan makanan disebut hospes. Anak yang masih di dalam kandungan atau anak yang sedang menyusui, meskipun hidupnya mendapatkan makanan dari induknya, tidak disebut sebagai parasit karena merupakan spesies yang sama.

2.2.            Jenis-Jenis Penyakit yang Disebabkan Oleh Parasit

1.      Malaria

a.       Pengertian

Penyakit malaria adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrisit. Penyakit ini ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.

b.      Etiologi

Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium ovale dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan plasmodium malariae dengan masa inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada mnusia melalui gigitan nyamuk dari genus Anopheles.

c.       Gejala

Gejala umum penyakit ini berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali serta dapat berlangsung akut atau kronik. Infeksi penyakit ini dapat berlangsung tanpa komplikasi atau mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

d.      Epidemiologi

Manusia tertulari malaria jika kemasukan sporozoit plasmodium melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang infeksius. Nyamuk vector terkena infeksi parasit pada stadium gemetosit yang berhasil mengalami gametogoni, singami dan sporogoni. Penularan malaria ke manusia bisa bermacam-macam:
1)      Alami (secara inokulatif), sporozoit masuk ke dlaam tubuh melalui gigitan namuk vector.
2)      Aksidental (lewat tranfusi darah), atau jarum suntik yang terkontaminasi darah berparasit malaria yang hidup sebagai trofozoit langsung ke darah.
3)      Secara sengaja, yaitu dengan suntikan intravena atau tranfusi untuk tujuan terapi layu saraf.

e.       Pencegahan

Penyakit malaria dapat dengan cara sebagai berikut:
1)      Menghindari dan membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles.
2)      Tidur dengan kelambu, sebaiknya kelambu impregnated yaitu kelambu yang telah dicelupi pestisida.
3)      Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquitoes repellents) berupa gosok, spray, asap maupun elektrik.
4)      Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit.
5)      Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti nyamuk
6)      Penggunaan vaksinasi untuk malaria, berupa sporozoit aseksual (SPF-66/patoroyo) dan vaksinasi transmission working.

f.       Pengobatan

Tindakan pertama untuk pengobatan penyakit ini yaitu dengan menurunkan demam pasien dengan menggunakan parecetamol serta pemberian vitamin untuk peningkatan daya tahan tubuh pasien sebagai upaya membantu penyembuhan.
Sedangkan obat anti-malaria yang biasa dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang sangat murah dan sangat efektif sebagai penyembuh penyakit malaria di dunia. Keuntungan obat ini salah satunya yaitu tidak menyebabkan hipoglekemia dan tidak mengganggu kehamilan jika digunakan pada pasien hamil.

2.      Amubiasis

a.       Pengertian

Merupakan suatu infeksi parasit di dalam usus besar. Parasit dapat menetap di dalam tubuh tanpa menimbulkan tanda maupun gejala penyakit pada penderita, tetapi penderita tersebut dapat menulari orang lain. Jika jumlah parasit cukup bnayak dan kerusakan dinding usus cukup besar maka penyakit ini biasanya muncul sebagai disentri amoeba.

b.      Etiologi

Disebabakan oleh parasit Entamoeba histolytica yang meyerang jaringan usus. Entamoeba histolytica terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk kista dan trofozoit. Infeksi terjadi karena tertelannya kista dari makanan atau minuman yang terkontaminasi, sedangkan tertelannya bentuk trifozoid tidak menimbulkan infeksi karena tidak tahan terhadap lingkungan asam dalam lambung.

c.       Gejala

Pada anak-anak yang terserang amubiasis, terkadang gejala tidak muncul sama sekali. Ketika anak-anak mulai sakit, mereka akan mengalami sakit perut yang dimulai secara bertahap, sering buang air besar dengan konsistensi cair, kram, mual, dan hilangnya nafsu makan. Dalam beberapa kasus akan mengalami demam dan mungkin tinja bercampur darah.

d.      Epidemiologi

Amubiasis ini dapat menular pada semua kalangan umur, khususnya pada orang yang tidak menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang kotor. Pada seseorang yang menderita amubiasis juga dapat menularkan infeksinya kepada orang lain yaitu melalui tinja. Ketika tinja yang berinteraksi tadi mencemari makanan tau air yang kita minum.

e.       Pencegahan

Sampai saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah amubiasis. Namun kita dapat mencegah penyakit tersebut dengan melakukan hal-hal sebagi berikut:
1)      Masaklah air minum sampai mendidih
2)      Cuci tangan setiap kali buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan
3)      Cucilah sayur dan buah-buahan sebelum dibuat ssalad/dimasak
4)      Tutup makanan untuk menghindari lalat
5)      Hindari membeli makanan sembarang tempat
6)      Perbaikan kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan, desinfeksi sayur dan buah-buahan yang diduga kurang bersih
7)      Jangan gunakan kotoran manusia sebagai pupuk

f.       Pengobatan

            Amubiasis dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan seperti:
1)      Emetin HCl 1 g/kgBB/hari untuk 10 hari
2)      Metronidazole 50 g/kgBB/hari untuk 5 hari
3)      Tetrasiklin 20 g-40 g/kgBB/hari (sebaiknya tidak diberikan pada anak <7 tahun)

3.      Filariasis Limfatik (Kaki Gajah)

a.       Pengertian

Penyakit kaki gajah (filariasis atau elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sitem limfe maka akan berkembang menjadi penyakit tersebut.

b.      Etiologi

Penyebabnya adlah edema, serta infeksi dari cacing nematode dari kelas filariasis.

c.       Gejala

Gejala umu yang terlihat adalah terjadinya elephantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai kaki gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.

d.      Epidemiologi

Filariasis brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965, yang ditularkan oleh vector anopheles barbirotris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia timur dai Pulau Timor, Flores, Rote, Alor, dan beberapa pulau keci di NTT.

e.       Pencegahan

Penceghan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk, misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian yang berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk. Dari semua pencegan di atas, tentu saja pencegahan yang paling efektif adalah memberantas nyamuk tersebut dengan 3M.

f.       Pengobatan

Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan obat pilihan yang murah dan efektif jika penyakit belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang harganya pun semakin murah. Diethilcarbamazyne (DEC, 6 mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan makrofilarisidal, merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, merupakan antigen positif, atau deteksi USG positif cacing dewasa).
Pada kasus yang masih bersifat sub klinis, sebaiknya diberikan antibiotic profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesic. Sedangkan jika sudah mikrofilaremia negatif, yakni ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat barulah DEC menjadi acuan obat utama.

4.      Askariasis

a.       Pengertian

Askariasis adalah suatu infeksi di usus halus yang disebabkan oleh parasit cacing gelang Ascaris lumbricoides. Kecacingan ini terjadi di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Apalagi di daerah pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh mudah sekali untuk terkena infeksi cacing.

b.      Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Kira-kira dua bulan setelah terkena askariasis, cacing dewasa mulai bertelur di dalam usus, kemudian tetur-telur mikroskopik ini berjalan di sepanjang saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui tinja. Telur-telur tadi membutuhkan waktu 10-14 hari di dalam tanah dengan temperature yang hangat untuk dapat menginfeksi tuan rumah baru (hospes baru), dan telur-telur tadi juga dapat hidup di tanah sampai jangka waktu 6 tahun.

c.       Gejala

Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada stadium  larva, Ascariasis dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru, menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual.
Bila cacing masuk ke saluran empedu maka dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Gejala bisa timbul sebagai akibat berpindahnya larva melalui paru-paru dan akibat adanya cacing dewasa di dalam usus. Perpindahan larva melalui paru-paru bisa menyebabkan demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek). Infeksi usus yang berat bisa menyebabkan kram perut dan kadang penyumbatan usus. Penyerapan zat makanan yang buruk bisa terjadi akibat banyaknya cacing di dalam usus. Cacing dewasa kadang menyumbat usus buntu, saluran empedu atau saluran pankreas.

d.      Epidemiologi

Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu).
Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.

e.       Pencegahan

Pencegahan dan upaya penanggulangan berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya untuk pencegahan dapat dilakukan langkah sebagai berikut :   
  1. Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
·         Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
·         Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun.
·         Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.
2)      Khusus pada daerah endemik atau rentan, Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :
·         Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali di daerah endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
·         Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
·         Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidupcacing misalnyamemakai jamban/ WC.
·         Makan makanan yang dimasak saja.
·         Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.

f.       Pengobatan

1)      Pengobatan tradisional
Beberapa hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangi infeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih yang dicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali seminggu selama dua minggu.

2)      Pengobatan dengan farmasi
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin.

5.      Enterobiasis (Penyakit Cacing Kremi)

a.       Pengertian

Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus
.
b.      Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis

c.       Gejala

Gejalanya berupa:
1)      Rasa gatal hebat di sekitar anus
2)      Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
3)      Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)
4)      Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
5)      Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
6)      Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

d.      Epidemiologi

Prevalensi cacing di Indonesia, menurut Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit Indonesa (P4I), tahun 1992 untuk cacing gelang 70 – 90%, cacing cambuk 80 – 95% dan cacing tambang 30 – 59%. Sedangkan dari data departemen kesehatan (1997) menyebutkan, prevalensi anak usia SD 60 – 80% dan dewasa 40 – 60% .
Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Meskipun penyakit ini banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah, pasien rumah sakit jiwa, anak panti asuhan, tak jarang mereka dari golongan ekonomi yang lebih mapan juga terinfeksi .
Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis, terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Semua umur dapat terinfeksi cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak. Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan

e.       Pencegahan

Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan dengan menggunakan desinfektan. Selain itu, peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok digabung dengan terapi kelompok dapat membantu pencegahan.

f.       Pengobatan

Pengobatan enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga diobati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita. Obat-obatan yang digunakan antara lain piperazin, pirvinium, tiabendazol dan stilbazium iodida
Pengobatan enterobiasis adalah sebagai berikut :
1.      Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 8 hari,
2.      Pirvinium pamoat, diberikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g) dan diulangi 2 minggu kemudian,
3.      Piranthel pamoat, diberikan dengan dosis 11mg/kg berat badan single dose, dan maksimum 1 gram,
4.      Stilbazium Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan menjadi merah karena obat ini








BAB III
PENUTUP

3.1.            Kesimpulan

Parasit berasal dari kata Parasitus (Latin) = Parasitos, yang artinya seseorang yang ikut makan semeja. Maksudnya adalah seseorang yang ikut makan makanan orang lain tanpa seizin pemilik makanan tersebut. Jadi parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hidupnya pada atau di dalam tubuh organism lain, dimana parasit tersebut mendapatkan makanan tanpa ada kompensasi apapun untuk hidupnya.
Penyakit parasit adalah infeksi yang disebabkan dan ditularkan oleh parasit. Parasit sering kali menetapkan target pada organ vital dan beberapa sistem dengan mengubah fungsi tubuh yang normal. Parasit memainkan peran sebagai suatu pembawa beberapa penyakit yang paling berbahaya dan mematikan dalalm ilmu kedokteran. Contoh penyakit yang disebabkan oleh parasit diantaranya adalah: Malaria, Amubiasis, Filariasis Limfatik dan Demam Katamaya

3.2.            Saran

Dalam merawat pasien yang menderita penyakit infeksi parasit yang menular, perawat harus benar-benar mengutamakan prinsip steril, agar alat-alat tidak terkontaminasi dan menimbulkan dampak penularan pada pasien lainnya.