BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit parasit adalah infeksi yang disebabkan dan ditularkan oleh
parasit. Parasit sering kali menetapkan target pada organ vital dan beberapa
sistem dengan mengubah fungsi tubuh yang normal. Parasit memainkan peran
sebagai suatu pembawa beberapa penyakit yang paling berbahaya dan mematikan
dalalm ilmu kedokteran.
Kerusakan jaringan
oleh parasit, dapat disebabkan oleh:
1)
Efek
mekanik, misalnya penekanan jaringan oleh pembesaran kista, penyumbatan lumen
usus
2)
Invasi
dan perusakan oleh parasit
3)
Reaksi
imflamasi terhadap parasit dan produknya
4)
Kompetisi
mendapatkan sari makanan tuan rumah
Kerusakan jaringan dapat menimbulkan gejala lokal atau pun
sistemik. Pada umumnya parasit mempunyai kemampuan untuk beradapatasi terhadap
jaringan hospes, sehingga tidak menimbulkan kerusakan serta gejala klinis yang
berat. Dengan demikian, siklus hidup parasit tidak akan terganggu dan parasit
akan terus hidup dari generasi ke generasi. Kadang-kadang parasit menjadi
patogen, karena hospes menderita mal nutrisi atau penurunan daya imunitas
tubuh.
Walaupun demikian, adanya parasit ataupun produknya dalam jaringan
atau aliran darah, bagi orang yang sensitif apalagi yang hipersensitif, dapat
terjadi alergi bahkan suatu reaksi anafilaksis. Misalnya larva cacing yang
siklusnya melalui aliran darah (Ascaris, cacing tambang, strongyloides
strecoralis, dan sebagainya), pecahnya kista hydatid (larva cestoda
Echinococcus granulosus), benjolan oleh Dracunculus medinensis yang
pecah, nefritis oleh Plasmodium malariae, Black Water Fever oleh plasmodium
falciparum dan sebagainya.
Perkembangan parasit dalam tubuh manusia dikenal adanya masa tunas
biologi/masa tunas prepaten serta masa tunas klinis. Masa tunas biologi, yaitu
waktu yang dibutuhkan parasit sejak parasit masuk ke dalam tubuh sampai
berkembang biak dan salah satu stadium parasit yang ditemukan pada pemeriksaan
laboratorium (dari tinja atau darah), sedangkan masa tunas klinis, yaitu waktu
yang diperlukan oleh parasit sejak masuk sampai munculnya gejala awal penyakit.
Biasanya masa tunas biologi lebih singkat waktunya dibandingkan dengan masa
tunas klinis. Harus diingat pula bahwa parasit baru akan dilihat dan ditemukan
dalam bahan pemeriksaan, jika jumlah parasit telah melewati nila ambang
mikroskopik.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun permasalah yang penulis ambil dalam makalah ini adalah:
1.2.1.
Apakah
yang dimaksud dengan parasit?
1.2.2.
Apa
sajakah jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit?
1.3.
Manfaat
1.3.1.
Bagi
Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai parasit dan penyakit yang
ditimbulkannya serta meningkatkan kreativitas penulis dalam menulis sebuah
makalah.
1.3.2.
Bagi
Pembaca
Sebagai referensi tambahan bagi pembaca mengenai pengertian parasit
dan penyakit yang disebabkan olehnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Parasit
Parasit berasal dari kata Parasitus (Latin) = Parasitos,
yang artinya seseorang yang ikut makan semeja. Maksudnya adalah seseorang yang
ikut makan makanan orang lain tanpa seizin pemilik makanan tersebut. Jadi
parasit adalah organism yang selama atau sebagian hidupnya pada atau di dalam
tubuh organism lain, dimana parasit tersebut mendapatkan makanan tanpa ada
kompensasi apapun untuk hidupnya.
Fenomena hidup parasit adalah hidup bersama antara dua organism
yang berbeda spesies, dimanan organism yang satu hidup pada atau di dalam tubuh
organism lain untuk mendapatkan makanan tanpa ada kompensasi apapun, baik
bersifat sementara ataupun permanent. Organism yang mendapat makanan disebut
parasit, sedangkan organism yang kehilangan makanan disebut hospes. Anak yang
masih di dalam kandungan atau anak yang sedang menyusui, meskipun hidupnya
mendapatkan makanan dari induknya, tidak disebut sebagai parasit karena
merupakan spesies yang sama.
2.2.
Jenis-Jenis Penyakit yang Disebabkan Oleh Parasit
1.
Malaria
a.
Pengertian
Penyakit malaria adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrisit. Penyakit ini ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah.
b.
Etiologi
Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat
jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparum
dengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14
hari, plasmodium ovale dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan plasmodium malariae
dengan masa inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada mnusia
melalui gigitan nyamuk dari genus Anopheles.
c.
Gejala
Gejala umum penyakit ini berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali serta dapat berlangsung akut atau kronik. Infeksi penyakit ini
dapat berlangsung tanpa komplikasi atau mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat.
d.
Epidemiologi
Manusia tertulari malaria jika kemasukan sporozoit plasmodium
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang infeksius. Nyamuk vector terkena
infeksi parasit pada stadium gemetosit yang berhasil mengalami gametogoni,
singami dan sporogoni. Penularan malaria ke manusia bisa bermacam-macam:
1)
Alami
(secara inokulatif), sporozoit masuk ke dlaam tubuh melalui gigitan namuk
vector.
2)
Aksidental
(lewat tranfusi darah), atau jarum suntik yang terkontaminasi darah berparasit
malaria yang hidup sebagai trofozoit langsung ke darah.
3)
Secara
sengaja, yaitu dengan suntikan intravena atau tranfusi untuk tujuan terapi layu
saraf.
e.
Pencegahan
Penyakit malaria dapat dengan cara sebagai berikut:
1)
Menghindari
dan membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles.
2)
Tidur
dengan kelambu, sebaiknya kelambu impregnated yaitu kelambu yang telah dicelupi
pestisida.
3)
Menggunakan
obat pembunuh nyamuk (mosquitoes repellents) berupa gosok, spray, asap maupun
elektrik.
4)
Mencegah
berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit.
5)
Memproteksi
tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti nyamuk
6)
Penggunaan
vaksinasi untuk malaria, berupa sporozoit aseksual (SPF-66/patoroyo) dan
vaksinasi transmission working.
f.
Pengobatan
Tindakan pertama untuk pengobatan penyakit ini yaitu dengan
menurunkan demam pasien dengan menggunakan parecetamol serta pemberian vitamin
untuk peningkatan daya tahan tubuh pasien sebagai upaya membantu penyembuhan.
Sedangkan obat anti-malaria yang biasa dipakai adalah Chloroquine,
karena harganya yang sangat murah dan sangat efektif sebagai penyembuh penyakit
malaria di dunia. Keuntungan obat ini salah satunya yaitu tidak menyebabkan
hipoglekemia dan tidak mengganggu kehamilan jika digunakan pada pasien hamil.
2.
Amubiasis
a.
Pengertian
Merupakan suatu infeksi parasit di dalam usus besar. Parasit dapat
menetap di dalam tubuh tanpa menimbulkan tanda maupun gejala penyakit pada
penderita, tetapi penderita tersebut dapat menulari orang lain. Jika jumlah
parasit cukup bnayak dan kerusakan dinding usus cukup besar maka penyakit ini
biasanya muncul sebagai disentri amoeba.
b.
Etiologi
Disebabakan oleh parasit Entamoeba histolytica yang meyerang
jaringan usus. Entamoeba histolytica terdapat dalam dua bentuk, yaitu
bentuk kista dan trofozoit. Infeksi terjadi karena tertelannya kista dari
makanan atau minuman yang terkontaminasi, sedangkan tertelannya bentuk
trifozoid tidak menimbulkan infeksi karena tidak tahan terhadap lingkungan asam
dalam lambung.
c.
Gejala
Pada anak-anak yang terserang amubiasis, terkadang gejala tidak
muncul sama sekali. Ketika anak-anak mulai sakit, mereka akan mengalami sakit
perut yang dimulai secara bertahap, sering buang air besar dengan konsistensi
cair, kram, mual, dan hilangnya nafsu makan. Dalam beberapa kasus akan
mengalami demam dan mungkin tinja bercampur darah.
d.
Epidemiologi
Amubiasis ini dapat menular pada semua kalangan umur, khususnya
pada orang yang tidak menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang
kotor. Pada seseorang yang menderita amubiasis juga dapat menularkan infeksinya
kepada orang lain yaitu melalui tinja. Ketika tinja yang berinteraksi tadi
mencemari makanan tau air yang kita minum.
e.
Pencegahan
Sampai saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah amubiasis. Namun
kita dapat mencegah penyakit tersebut dengan melakukan hal-hal sebagi berikut:
1)
Masaklah
air minum sampai mendidih
2)
Cuci
tangan setiap kali buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan
3)
Cucilah
sayur dan buah-buahan sebelum dibuat ssalad/dimasak
4)
Tutup
makanan untuk menghindari lalat
5)
Hindari
membeli makanan sembarang tempat
6)
Perbaikan
kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan, desinfeksi sayur dan buah-buahan
yang diduga kurang bersih
7)
Jangan
gunakan kotoran manusia sebagai pupuk
f.
Pengobatan
Amubiasis dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan
seperti:
1)
Emetin
HCl 1 g/kgBB/hari untuk 10 hari
2)
Metronidazole
50 g/kgBB/hari untuk 5 hari
3)
Tetrasiklin
20 g-40 g/kgBB/hari (sebaiknya tidak diberikan pada anak <7 tahun)
3.
Filariasis Limfatik (Kaki Gajah)
a.
Pengertian
Penyakit kaki gajah (filariasis atau elephantiasis) adalah golongan
penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui
berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar
dan ketika sampai pada jaringan sitem limfe maka akan berkembang menjadi
penyakit tersebut.
b.
Etiologi
Penyebabnya adlah edema, serta infeksi dari cacing nematode dari
kelas filariasis.
c.
Gejala
Gejala umu yang terlihat adalah terjadinya elephantiasis, berupa
membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit
ini secara awam dikenal sebagai kaki gajah. Walaupun demikian, gejala
pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
d.
Epidemiologi
Filariasis brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di
Indonesia sejak 1965, yang ditularkan oleh vector anopheles barbirotris yang
berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah
pedalaman. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia timur dai Pulau Timor,
Flores, Rote, Alor, dan beberapa pulau keci di NTT.
e.
Pencegahan
Penceghan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan
nyamuk, misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan
kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti
nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian
yang berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk. Dari semua pencegan di atas,
tentu saja pencegahan yang paling efektif adalah memberantas nyamuk tersebut
dengan 3M.
f.
Pengobatan
Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan obat pilihan yang murah dan
efektif jika penyakit belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula
Ivermectin yang sampai sekarang harganya pun semakin murah. Diethilcarbamazyne
(DEC, 6 mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan makrofilarisidal,
merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe aktif
(mikrofilaremia, merupakan antigen positif, atau deteksi USG positif cacing
dewasa).
Pada kasus yang masih bersifat sub klinis, sebaiknya diberikan
antibiotic profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan
analgesic. Sedangkan jika sudah mikrofilaremia negatif, yakni ketika
manifestasi cacing dewasa sudah terlihat barulah DEC menjadi acuan obat utama.
4.
Askariasis
a.
Pengertian
Askariasis adalah suatu infeksi di usus halus yang disebabkan oleh
parasit cacing gelang Ascaris lumbricoides. Kecacingan ini terjadi di
seluruh dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Apalagi di
daerah pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh mudah sekali
untuk terkena infeksi cacing.
b.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Kira-kira dua bulan setelah terkena askariasis, cacing
dewasa mulai bertelur di dalam usus, kemudian tetur-telur mikroskopik ini
berjalan di sepanjang saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui tinja.
Telur-telur tadi membutuhkan waktu 10-14 hari di dalam tanah dengan temperature
yang hangat untuk dapat menginfeksi tuan rumah baru (hospes baru), dan
telur-telur tadi juga dapat hidup di tanah sampai jangka waktu 6 tahun.
c.
Gejala
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascariasis dapat
menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru, menyebabkan sindrom
Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas,
eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang
selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala
khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi,
dan mual.
Bila cacing masuk ke saluran empedu maka dapat menyebabkan kolik
atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau
abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Gejala bisa timbul sebagai akibat
berpindahnya larva melalui paru-paru dan akibat adanya cacing dewasa di dalam
usus. Perpindahan larva melalui paru-paru bisa menyebabkan demam, batuk dan
bunyi nafas mengi (bengek). Infeksi usus yang berat bisa menyebabkan kram perut
dan kadang penyumbatan usus. Penyerapan zat makanan yang buruk bisa terjadi
akibat banyaknya cacing di dalam usus. Cacing dewasa kadang menyumbat usus
buntu, saluran empedu atau saluran pankreas.
d.
Epidemiologi
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing
pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan.
Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang
lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara
kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di
dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu).
Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya
pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus
penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan
gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat
bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang
normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk
kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
e.
Pencegahan
Pencegahan dan upaya penanggulangan
berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya untuk
pencegahan dapat dilakukan langkah sebagai berikut :
- Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
·
Tidak
menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
·
Sebelum melakukan persiapan makanan
dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun.
·
Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar
(mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air
hangat.
2) Khusus pada daerah endemik atau rentan,
Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun,
pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :
·
Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali di daerah
endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
·
Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
·
Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan
siklus hidupcacing misalnyamemakai jamban/ WC.
·
Makan makanan yang dimasak saja.
·
Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang
menggunakan tinja sebagai pupuk.
f.
Pengobatan
1)
Pengobatan tradisional
Beberapa hasil studi terbaru dalam
literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur dibawah
terik matahari dapat mengurangi infeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan
dosis satu sendok makan benih yang dicampur dengan gula dalam satu gelas air
satu kali seminggu selama dua minggu.
2)
Pengobatan dengan farmasi
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel
pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin.
5.
Enterobiasis (Penyakit Cacing Kremi)
a. Pengertian
Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu
infeksi parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius
vermicularis tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus
.
b. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Enterobius
vermicularis
c. Gejala
Gejalanya berupa:
1)
Rasa
gatal hebat di sekitar anus
2)
Rewel
(karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
3)
Kurang
tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing
betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)
4)
Nafsu
makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada
infeksi yang berat)
5)
Rasa
gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke
dalam vagina)
6)
Kulit
di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat
penggarukan).
d. Epidemiologi
Prevalensi
cacing di Indonesia, menurut Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit
Indonesa (P4I), tahun 1992 untuk cacing gelang 70 – 90%, cacing cambuk 80 – 95%
dan cacing tambang 30 – 59%. Sedangkan dari data departemen kesehatan (1997)
menyebutkan, prevalensi anak usia SD 60 – 80% dan dewasa 40 – 60% .
Cacing
ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak sedikit orang dewasa
terinfeksi cacing tersebut. Meskipun penyakit ini banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah, pasien rumah sakit jiwa, anak panti asuhan, tak jarang
mereka dari golongan ekonomi yang lebih mapan juga terinfeksi .
Infeksi
cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis, terutama di
pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Semua umur dapat
terinfeksi cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak.
Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan
diri dan lingkungan
e. Pencegahan
Pencegahan
dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur,
ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong
kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan. Selain itu, peningkatan kesehatan
perorangan dan kelompok digabung dengan terapi kelompok dapat membantu
pencegahan.
f. Pengobatan
Pengobatan
enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga diobati, infeksi ini dapat
menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita. Obat-obatan yang
digunakan antara lain piperazin, pirvinium, tiabendazol dan stilbazium iodida
Pengobatan
enterobiasis adalah sebagai berikut :
1.
Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1
g/hari selama 8 hari,
2.
Pirvinium pamoat, diberikan dengan dosis 5
mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g) dan diulangi 2 minggu kemudian,
3.
Piranthel pamoat, diberikan dengan dosis
11mg/kg berat badan single dose, dan maksimum 1 gram,
4. Stilbazium
Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan menjadi
merah karena obat ini
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Parasit berasal dari kata Parasitus (Latin) = Parasitos,
yang artinya seseorang yang ikut makan semeja. Maksudnya adalah seseorang yang
ikut makan makanan orang lain tanpa seizin pemilik makanan tersebut. Jadi
parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hidupnya pada atau di dalam
tubuh organism lain, dimana parasit tersebut mendapatkan makanan tanpa ada
kompensasi apapun untuk hidupnya.
Penyakit parasit adalah infeksi yang disebabkan dan ditularkan oleh
parasit. Parasit sering kali menetapkan target pada organ vital dan beberapa
sistem dengan mengubah fungsi tubuh yang normal. Parasit memainkan peran
sebagai suatu pembawa beberapa penyakit yang paling berbahaya dan mematikan
dalalm ilmu kedokteran. Contoh penyakit yang disebabkan oleh parasit
diantaranya adalah: Malaria, Amubiasis, Filariasis Limfatik dan Demam Katamaya
3.2.
Saran
Dalam merawat pasien yang menderita penyakit infeksi parasit yang
menular, perawat harus benar-benar mengutamakan prinsip steril, agar alat-alat
tidak terkontaminasi dan menimbulkan dampak penularan pada pasien lainnya.